BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
memiliki tujuan yang harus di capai dalam proses pembelajarannya. Dalam
pendidikan juga siswa tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, melainkan
ditekankan juga dalam penguasaan keterampilan. Siswa juga harus memiliki
kemampuan untuk membuat sesuatu dengan menggunakan proses dan juga learning to
know ( pembelajaran untuk tahu ) serta learning to do ( pembelajaran untuk
melakaukan sesuatu ) yang harus dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar bukan hanya berupa
penguasaan materi atau pengetahuan saja.
Tetapi juga soft skills dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah,
membuat rencana dan pembagian kerja, dengan begitu aktifitas dan produk yang
dihasilkan dari pembelajaran tersebut mendapatkan penilaian.
Metode yang digunakan dalam
pembelajaran soft skills ( keterampilan ) itu seperti metode diskusi, pemberian
tugas / kelompok dan eksperimen, selain itu juga dapat menggunakan model
pembelajaraan / pendekataan inquiry dan
discovery ini merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa itu diberi
kesempatan untuk berfikir mandiri dan
saling membantu teman yang satu dan yang lain. Pendekatan ini juga membimbing
siswa untuk memiliki tanggung jawab baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran dengan menerapkan
Pendekatan Inqiury Discovery merupakan pembaharuan pendidikan yang mana siswa
didorong untuk belajar secara aktif dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran dengan Pendekatan inquiry
discovery memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka agar
melanjutkan pekerjaannya hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar
memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir
kritiskarena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi. Selama
proses inquiry discovery berlangsung, seorang guru tidak boleh banyak
bertanya atau berbicara, karena akan mengurangi proses belajar inquiry
discovery. Dengan pendekatan ini siswa dituntut untuk bertanggungjawab pada
pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa akan
menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa dan hal-hal yang yang baik yang
ada dalam diri siswa serta kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa dalam
proses belajar, guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar
siswa-siswanya.
Berkenaan dengan hal di atas, perlu
di susun sebuah makalah yang mampu menjadi inspirasi bagi manusia untuk
memperoleh wawasan dan pengetahuan. Oleh karena itu, penyusun menyusun sebuah
makalah yang bertajuk “ Pendekatan Inqury dan Discovery . “
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dalam penyususnan makalah ini dapat
dirumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1.
Apa
yang dimaksud dengan pengertian pendekatan inquiry dan discovery ?
2.
Apa tujuan
dan manfaat metode pendekatan inquiry dan discovery learning ?
3.
Apa
jenis-jenis pendekatan inquiry dan discovery ?
1.3
Tujuan Penulisan
Ada
beberapa tujuan pokok dalam penyusunan makalah ini, diantaranya :
1.
Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan pendekatan inquiry dan discovery.
2.
Untuk
tujuan dan manfaat pendekatan inquiry discovery learning.
3.
Untuk
jenis-jenis pendekatan inquiry dan discoevry.
1.4
Manfaat Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini ada beberapa manfaat, khususnya bagi penyusun. Di antara
manfaatnya, yaitu :
1. Agar penulis bisa menambah wawasan mengenai Pendekatan Inquiry
Discovery.
2. Agar pembaca bisa mengetahui dan menerapkan tentang Pendekatan Inquiry
Discovery
1.5
Metode Penulisan
Beberapa
metode yang digunakan untuk menyelesaikan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Metode
Book Survey
Penyusun berusaha mengkaji ataupun menelaah buku dari berbagai
sumber yang berhubungan dengan pembahasan makalah ini.
2.
Metode
Browsing
Penyusun berusaha mencari atau membuka situs-situs yang berhubungan
dengan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentanng terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Di lihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
2.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach)
Pengertian pendekatan menurut para ahli :
1.
Menurut
Depdikbud (1990:180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan,
atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2.
Menurut
Wahjoedi (1999:121) bahwa “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola
kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”.
3.
Menurut
Syaifuddin Sagala (2005:68) bahwa “pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan di tempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu satuan instruksional tertentu”.
4.
Menurut
Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu
jalan, cara atau kebijaksanaan yang di tempuh oleh guru atau siswa dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran
atau materi pembelajaran itu umum atau khusus.
5.
Menurut
Sanjaya (2008:127) pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajarn
induktif.
Berdasarkan
pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan
pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2.2
Pendekatan Inquiry dan Discovery
“Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry
discovery learning, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan.
Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi.”
Ide
pokok pendekatan pembelajaran inkuiri berasal dari pemikiran John Dewey
(Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya How We Think, ia memperkenalkan istilah berpikir
reflektif. Maksud berrpikir reflektif adalah usaha yang aktif, hati-hati, dan
pengujian secara tepat terhadap keyakinan seseorang atau pengetahuan tertentu
berdasarkan dukungan kenyataan. Ide inilah yang kemudian dikembangkan oleh
banyak pakar pendidikan dan psikologi. Berbagai istilah kemudian mereka gunakan
untuk maksud yang kira-kira sama, yaitu pendekatan inkuiri.
Beberapa
definisi antara lain Good (Nasution, 1992: 117), mendefinisikan inkuiri sebagai
pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dalam belajar, setiap
fenomena baru yang menantang menimbulkan reaksi untuk berpikir. Goldmark (Nasution,
1992:117) mendefinisikan inkuiri sebagai pola bereaksi dalam bentuk “bertanya”
yang terarah menguji suatu nilai. Menurutnya, bertanya itu sangat penting
sebagai bentuk dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif.
Pendekatan
discovery adalah proses belajar-mengajar dengan menekankan ciri-ciri dan
kebutuhan murid secara individual. Dalam hal ini guru hanya sebagai penunjang.
Pendekatan tersebut pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya. Secara sederhana, sistem pendidikan terdiri dari
masukan (input) yang terdiri dari orang, informasi dan sumber lainnya.
Sedangkan keluarannya (output) adalah orang-orang dalam kondisi yang mempunyai
kemampuan yang lebih baik dari semula. Dalam sistem di atas, proses belajar-mengajar
terletak di tengah-tengah, di antara input dan output.
Pada
sistem demikian, biasanya terdapat dua pendekatan yang dapat dilaksanakan,
yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi
pada siswa.
Inquiry
discovery learning adalah belajar
mencari dan menemukan sendiri. Sistem belajar mengajar ini guru menyajikan
bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang
untuk mencari dan menemukannya sendiri dnegan mempergunakan teknik pendekatan
pemecahan masalah. Bentuk pengajaran terutama memberi motivasi pada siswa untuk
menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan mengguanakan cara-cara dan
keterampilan ilmiah dalam rangka mencari penjelasan.
Johnson dalam supriyono (2009:68) membedakan discovery learning
dengan inquiry learning. Discovery terdapat pengalaman yang disebut ahaa
experience yang dapat diartikan nah ini dia. Inquiry learning tidak selalu
sampai pada proses ini. Hal ini karena karena proses akhir discovery learning
adalah penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhirnya terletak pada
kepuasan kegiatan meneliti. Discovery learning menekankan pada pengalaman
seperti yang dialami oleh peneliti ketika melakukan penemuan suatu temuan.
Inquiry berarti guru harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa
didorong untuk melakukan prosedur yang digunakan oleh penelitian (rustaman,
2002:113). Persamaan discovery learning dan inquiry learning yaitu kedua
pembelajaran tersebut menekankan pada masalah konstektual dan aktivitas penyelidikan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Pendekatan Inquiry
Atau Discovery
Inquiry
adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencri pemecahan
permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan
langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena
didukung oleh data atau kenyataan. Inquiry merupakan suatu teknik atau cara
yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Pelaksanaannya adalah guru
membagi tugas kepada siswa untuk meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, dan tiap-tiap kelompok mendapat tugas tertentu.
Mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah
itu, mereka mendiskusikannya dan membuat laporan dengan menggunakan teknik ini,
guru memiliki tujuan, yaitu agar siswa terdorong untuk melaksanakan tugas dan
aktif mencari sendiri serta meneliti pemecahan masalah. Mereka mencari sumber
sendiri dan belajar bersama kelompok. Mereka harus mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan.
Discovery
(penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau
suatu prinsip. Adapun proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan,
mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Konsep, misalnya bundar,
segitiga, energi dan sebagainya. Sedangkan prinsip, misalnya setiap logam
apabila dipanaskan memuai.
Inqury
merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam),
artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya,
merumuskan problema, merancang data, membuat kesimpulan dsb.
Sund
mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik
untuk kelas-kelas rendah sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di
kelas yang lebih tinggi.
Pendekatan
Inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam
belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai
stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan
guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing / pemimpin belajar dan
fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri/ dalam bentuk kolompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Pendekatan
“inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan
mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah.
Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam
pendekatan “inquiry” adalah pembimbing dan fasilitator belajar. Tugas utama
guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk
dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan
sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu
bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan
atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus
dikurangi.
Pada
kegiatan ini, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses mencari tahu untuk
mampu menginterprestasikan informasi, membedakan antara asumsi yang benar dan
yang salah, dan memandang suatu kebenaran dan hubungannya dengan berbagai
situasi. Jadi, siswa tidak hanya memiliki informasi, tetapi lebih jauh lagi,
siswa menempatkan diri sebagai saintis yang melakukan penelitian, berpikir, dan
merasakan lingkungan.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan cara demikian mengandung berbagai kebaikan, yaitu :
a.
Pengetahuan
itu bertahan lama atau dapat diingat dalam waktu lama dan lebih mudah diingat
apabila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.
b.
Hasil
belajar mempunyai efek transfor yang lebih baik dari pada hasil belajar
lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan
milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
c.
Secara
menyeluruh, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas.
Peranan guru dalam proses pembelajaran model inquiry
dan discovery :
a.
Merencanakan
pelajaran sehingga pelajaran terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk
diselidiki para siswa.
b.
Menyajikan
materi dari pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa yang memecahkan
masalah.
c.
Memperhatikan
cara penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, simbolik.
d.
Apabila
siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoretis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
Inquiry discovery memiliki beberapa kelebihan, yaitu
:
a.
Siswa
memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya
sehingga hal itu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah.
b.
Siswa
mulai diajarkan untuk menganalisis dan mencari kebenaran dari suatu masalah
yang sedang dibahas, mampu berpikir sistematis,terarah, dan mempunyai tujuan
yang jelas.
c.
Siswa
mampu berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan
menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.
Pendekatan
inquiry discovery memiliki kelemahan
sebagai berikut :
a.
Sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.
Tidak
mudah mendesainnya, karena terbentur pada kebiasaan siswa
c.
Terkadang
dalam implementasinya memerlukan waktu panjang, sehingga guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
d.
Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru
e.
Metode
ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu
dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori atau menemukan
bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu
f.
Strategi
ini tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian
yang akan ditemukan telah diseleksi lebih dahulu oleh guru
3.2
Tujuan dan Manfaat Pendekatan Inquiry Discovery
Learning
Tujuan
adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan akan memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan tercapai bila
seorang guru bisa memilih dan menerapkan strategi yang tepat. Tujuan dirumuskan
agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka startegi atau metode yang
digunakan harus sesuai dengan tujuannya. Seorang guru sebaiknya menggunakan
strategi atau metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga
dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut
Bruner sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, sistem
pembelajaran itu bertujuan agar hasil belajar dengan cara ini lebih mudah
dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah pengetahuan dan
kecakapan anak didik dapat menumbuhkan motivasi intrinsic, karena anak didik
merasa puas atas usahanya sendiri.
Seorang guru
menggunakan pendekatan inquiry discovery learning dengan tujuan agar siswa
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti pemecahan masalah itu
sendiri, mencari sumber dan belajar bersama di dalam kelompok. Diharapkan juga
siswa mampu mengemukakan pendapatnya, berdebat, menyanggah, dan memperhatikan
pendapatnya, menumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan
lain sebagainya.
Tujuan utama
pendekatan inquiry dan discovery adalah untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti,
menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Karena pada
dasarnya secara intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah
(mencari tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga
setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak
intuitif lagi) dan dengan prosedur yang benar.
Melalui pendekatan
ini, guru dapat meyakinkan siswa bahwa ilmu bersifat dinamis, karena ilmu
berkembang terus menerus. Sesuatu yang saat ini diyakini benar, kelak suatu
saat belum tentu benar atau berubah. Disamping itu, siswa dilatih untuk dapat
menghargai alternatif-alternatif lain yang mungkin berbeda dengan yang telah
ada sebelumnya dan telah diyakini sebagai suatu kebenaran.
Tujuan
pelaksanaan inquiry discovery learning adalah mengarah pada peningkatan
kemampuan baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini tidak
terlepas dari tujuan dan perencanaan (kurikulum) pengajaran, sehingga tujuan
pengajaran dapat tercapai sesuai dengan pemilihan metode yang dilakukan.
Manfaat
diterapkannya pendekatan inquiry discovery learning sebagai berikut :
1)
Merupakan
suatu cara belajar siswa aktif
2)
Metode
ini meningkatkan potensi intelektual siswa
3)
Anak
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi
sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat
4)
Pengertian
yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
ditransfer dalam situasi lain
5)
Melalui
penemuan sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan
lama dalma ingatan
6)
Belajar
bagaimana melakukan penemuan hanya dapat dicapai secara afektif melalui proses
melakukan penemuan
7) Jika siswa telah
berhasil dalam penemuannya, ia akan memperoleh kepuasan intelektual
3.3 Jenis-Jenis
Pendekatan Inquiry Discovery
Moh.
Amin (Sudirman N, 1992) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery yang
dapat diikuti sebagai berikut :
1.
Guided
Inquiry Discovery Lab. Lesson
Sebagian
perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan
atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak
merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
2.
Modified
Inquiry Discovery
Guru
hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat
yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh
jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri
secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara
sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses
belajar siswa.
3.
Free
Inquiry
Kegiatan
free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana
memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang
studi tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode
ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan
dipelajari atau dipecahkan.
4.
Invitation
Into Inquiry
Siswa
dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim
diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada
siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati
mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua
kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis,
menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterpretasi datadan membuat
grafik
5.
Inquiry
Role Approach
Inquiry
Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam
tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan
invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan
yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, penasihat teknis, pencatat
data dan evaluator proses
6.
Pictorial
Riddle
Pendekatan
dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun
besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat
digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu
ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan
dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan ridlle itu.
7.
Synectics
Lesson
Pada dasarnya
syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai macam
bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan
kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam
melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu
problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bahwa
strategi pembelajaran inquiry/discovery berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.
4.2 Saran
Penyusun
berharap semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semoga makalah ini juga bisa dijadikan acuan khususnya, bagi pembaca yang
ingin mencoba metode pembelajaran ini. Apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan, karena itu tidak lain adalah kekeliruan penyusun. Untuk
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan
penyusunan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo, A. 2013. Dasar-dasar
Pedagogi Modern : Metode Inquiry. Jakarta : PT. Indek.
Hamdani. 2011. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Tersedia
[onilne] pada :
http://www.muhidris.com/index.php?option=com_content&view=article&id=11:model-pembelajaran-inquiry-dan-discovery. Akses : September 2015
Tersedia
[online] pada :
https://bangkititahermawati.wordpress.com/pembelajaran-inquiry-dan-discovery/. Akses : September 2015
Tersedia
[online] pada :
https://ariplie.blogspot.com/2015/03/pengertian-dan-jenis-pendekatan-menurut.html?m=1. Akses : Desember 2015
Tersedia [online] pada :
https://pangeranarti.blogspot.com/2014/11pengertian-pendekatan-pembelajaran.html?m=1. Akses : Desember 2015
Tersedia [online] pada :
https://mtk2012unindra.blogspot.com/2012/10/definisi-pendekatan-pembelajaran.html?m=1. Akses : Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar