Kamis, 14 Januari 2016

Pendekatan Inquiry dan Discovery

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki tujuan yang harus di capai dalam proses pembelajarannya. Dalam pendidikan juga siswa tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, melainkan ditekankan juga dalam penguasaan keterampilan. Siswa juga harus memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu dengan menggunakan proses dan juga learning to know ( pembelajaran untuk tahu ) serta learning to do ( pembelajaran untuk melakaukan sesuatu ) yang harus dicapai  dalam kegiatan pembelajaran.
            Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan materi  atau pengetahuan saja. Tetapi juga soft skills dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana dan pembagian kerja, dengan begitu aktifitas dan produk yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut mendapatkan penilaian.
            Metode yang digunakan dalam pembelajaran soft skills ( keterampilan ) itu seperti metode diskusi, pemberian tugas / kelompok dan eksperimen, selain itu juga dapat menggunakan model pembelajaraan / pendekataan  inquiry dan discovery ini merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa itu diberi kesempatan untuk berfikir mandiri  dan saling membantu teman yang satu dan yang lain. Pendekatan ini juga membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab baik secara individu maupun kelompok.
            Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inqiury Discovery merupakan pembaharuan pendidikan yang mana siswa didorong untuk belajar secara aktif dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran dengan Pendekatan inquiry discovery memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka agar melanjutkan pekerjaannya hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritiskarena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi. Selama proses inquiry discovery berlangsung, seorang guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara, karena akan mengurangi proses belajar inquiry discovery. Dengan pendekatan ini siswa dituntut untuk bertanggungjawab pada pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh perhatian pada pribadi siswa akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa dan hal-hal yang yang baik yang ada dalam diri siswa serta kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar, guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 
            Berkenaan dengan hal di atas, perlu di susun sebuah makalah yang mampu menjadi inspirasi bagi manusia untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan. Oleh karena itu, penyusun menyusun sebuah makalah yang bertajuk “ Pendekatan Inqury dan Discovery . “
1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penyususnan makalah ini dapat dirumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian pendekatan inquiry dan discovery ?
2.      Apa tujuan dan manfaat metode pendekatan inquiry dan discovery learning ?
3.      Apa jenis-jenis pendekatan inquiry dan discovery ?
1.3              Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan pokok dalam penyusunan makalah ini, diantaranya :
1.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pendekatan inquiry dan discovery.
2.      Untuk tujuan dan manfaat pendekatan inquiry discovery learning.
3.      Untuk jenis-jenis pendekatan inquiry dan discoevry.
1.4              Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ada beberapa manfaat, khususnya bagi penyusun. Di antara manfaatnya, yaitu :
1.      Agar penulis bisa menambah wawasan mengenai Pendekatan Inquiry Discovery.
2.      Agar pembaca bisa mengetahui dan menerapkan tentang Pendekatan Inquiry Discovery
1.5              Metode Penulisan
Beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Metode Book Survey
Penyusun berusaha mengkaji ataupun menelaah buku dari berbagai sumber yang berhubungan dengan pembahasan makalah ini.
2.      Metode Browsing
Penyusun berusaha mencari atau membuka situs-situs yang berhubungan dengan makalah ini.



BAB II
LANDASAN TEORI
2.1              Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentanng terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Di lihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu :
1.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
2.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
Pengertian pendekatan menurut para ahli :
1.      Menurut Depdikbud (1990:180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2.      Menurut Wahjoedi (1999:121) bahwa “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”.
3.      Menurut Syaifuddin Sagala (2005:68) bahwa “pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan di tempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.
4.      Menurut Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang di tempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran itu umum atau khusus.
5.      Menurut Sanjaya (2008:127) pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajarn induktif.
Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2              Pendekatan Inquiry dan Discovery
 “Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry discovery learning, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.”
Ide pokok pendekatan pembelajaran inkuiri berasal dari pemikiran John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya How We  Think, ia memperkenalkan istilah berpikir reflektif. Maksud berrpikir reflektif adalah usaha yang aktif, hati-hati, dan pengujian secara tepat terhadap keyakinan seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan kenyataan. Ide inilah yang kemudian dikembangkan oleh banyak pakar pendidikan dan psikologi. Berbagai istilah kemudian mereka gunakan untuk maksud yang kira-kira sama, yaitu pendekatan inkuiri.
Beberapa definisi antara lain Good (Nasution, 1992: 117), mendefinisikan inkuiri sebagai pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dalam belajar, setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan reaksi untuk berpikir. Goldmark (Nasution, 1992:117) mendefinisikan inkuiri sebagai pola bereaksi dalam bentuk “bertanya” yang terarah menguji suatu nilai. Menurutnya, bertanya itu sangat penting sebagai bentuk dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif.
Pendekatan discovery adalah proses belajar-mengajar dengan menekankan ciri-ciri dan kebutuhan murid secara individual. Dalam hal ini guru hanya sebagai penunjang. Pendekatan tersebut pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Secara sederhana, sistem pendidikan terdiri dari masukan (input) yang terdiri dari orang, informasi dan sumber lainnya. Sedangkan keluarannya (output) adalah orang-orang dalam kondisi yang mempunyai kemampuan yang lebih baik dari semula. Dalam sistem di atas, proses belajar-mengajar terletak di tengah-tengah, di antara input dan output.
Pada sistem demikian, biasanya terdapat dua pendekatan yang dapat dilaksanakan, yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada siswa.
Inquiry discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dnegan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Bentuk pengajaran terutama memberi motivasi pada siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan mengguanakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka mencari penjelasan.
Johnson dalam supriyono (2009:68) membedakan discovery learning dengan inquiry learning. Discovery terdapat pengalaman yang disebut ahaa experience yang dapat diartikan nah ini dia. Inquiry learning tidak selalu sampai pada proses ini. Hal ini karena karena proses akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhirnya terletak pada kepuasan kegiatan meneliti. Discovery learning menekankan pada pengalaman seperti yang dialami oleh peneliti ketika melakukan penemuan suatu temuan. Inquiry berarti guru harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk melakukan prosedur yang digunakan oleh penelitian (rustaman, 2002:113). Persamaan discovery learning dan inquiry learning yaitu kedua pembelajaran tersebut menekankan pada masalah konstektual dan aktivitas penyelidikan.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1              Pengertian Pendekatan  Inquiry Atau Discovery
Inquiry adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencri pemecahan permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Pelaksanaannya adalah guru membagi tugas kepada siswa untuk meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan tiap-tiap kelompok mendapat tugas tertentu. Mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah itu, mereka mendiskusikannya dan membuat laporan dengan menggunakan teknik ini, guru memiliki tujuan, yaitu agar siswa terdorong untuk melaksanakan tugas dan aktif mencari sendiri serta meneliti pemecahan masalah. Mereka mencari sumber sendiri dan belajar bersama kelompok. Mereka harus mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.
Discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Adapun proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Konsep, misalnya bundar, segitiga, energi dan sebagainya. Sedangkan prinsip, misalnya setiap logam apabila dipanaskan memuai.
Inqury merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam), artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan problema, merancang data, membuat kesimpulan dsb.
Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi.

Pendekatan Inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing / pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri/ dalam bentuk kolompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Pendekatan “inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “inquiry” adalah pembimbing dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Pada kegiatan ini, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses mencari tahu untuk mampu menginterprestasikan informasi, membedakan antara asumsi yang benar dan yang salah, dan memandang suatu kebenaran dan hubungannya dengan berbagai situasi. Jadi, siswa tidak hanya memiliki informasi, tetapi lebih jauh lagi, siswa menempatkan diri sebagai saintis yang melakukan penelitian, berpikir, dan merasakan lingkungan.
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara demikian mengandung berbagai kebaikan, yaitu :
a.       Pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat dalam waktu lama dan lebih mudah diingat apabila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.
b.      Hasil belajar mempunyai efek transfor yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
c.       Secara menyeluruh, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Peranan guru dalam proses pembelajaran model inquiry dan discovery :
a.       Merencanakan pelajaran sehingga pelajaran terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b.      Menyajikan materi dari pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa yang memecahkan masalah.
c.       Memperhatikan cara penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, simbolik.
d.      Apabila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoretis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
Inquiry discovery memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
a.       Siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya sehingga hal itu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah.
b.      Siswa mulai diajarkan untuk menganalisis dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, mampu berpikir sistematis,terarah, dan mempunyai tujuan yang jelas.
c.       Siswa mampu berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.
Pendekatan  inquiry discovery memiliki kelemahan sebagai berikut :
a.       Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.      Tidak mudah mendesainnya, karena terbentur pada kebiasaan siswa
c.       Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu panjang, sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
d.      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru
e.       Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu
f.       Strategi ini tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi lebih dahulu oleh guru
3.2              Tujuan dan Manfaat Pendekatan Inquiry Discovery Learning
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan akan memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan tercapai bila seorang guru bisa memilih dan menerapkan strategi yang tepat. Tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka startegi atau metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuannya. Seorang guru sebaiknya menggunakan strategi atau metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Bruner sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, sistem pembelajaran itu bertujuan agar hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah pengetahuan dan kecakapan anak didik dapat menumbuhkan motivasi intrinsic, karena anak didik merasa puas atas usahanya sendiri.
Seorang guru menggunakan pendekatan inquiry discovery learning dengan tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti pemecahan masalah itu sendiri, mencari sumber dan belajar bersama di dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya, berdebat, menyanggah, dan memperhatikan pendapatnya, menumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan lain sebagainya.
Tujuan utama pendekatan inquiry dan discovery adalah untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Karena pada dasarnya secara intuitif setiap individu cenderung melakukan kegiatan ilmiah (mencari tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif lagi) dan dengan prosedur yang benar.
Melalui pendekatan ini, guru dapat meyakinkan siswa bahwa ilmu bersifat dinamis, karena ilmu berkembang terus menerus. Sesuatu yang saat ini diyakini benar, kelak suatu saat belum tentu benar atau berubah. Disamping itu, siswa dilatih untuk dapat menghargai alternatif-alternatif lain yang mungkin berbeda dengan yang telah ada sebelumnya dan telah diyakini sebagai suatu kebenaran.
Tujuan pelaksanaan inquiry discovery learning adalah mengarah pada peningkatan kemampuan baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini tidak terlepas dari tujuan dan perencanaan (kurikulum) pengajaran, sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai sesuai dengan pemilihan metode yang dilakukan.
Manfaat diterapkannya pendekatan inquiry discovery learning sebagai berikut :
1)      Merupakan suatu cara belajar siswa aktif
2)      Metode ini meningkatkan potensi intelektual siswa
3)      Anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat
4)      Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah ditransfer dalam situasi lain
5)      Melalui penemuan sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalma ingatan
6)      Belajar bagaimana melakukan penemuan hanya dapat dicapai secara afektif melalui proses melakukan penemuan
7)      Jika siswa telah berhasil dalam penemuannya, ia akan memperoleh kepuasan intelektual
3.3       Jenis-Jenis Pendekatan Inquiry Discovery
Moh. Amin (Sudirman N, 1992) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery yang dapat diikuti sebagai berikut :
1.      Guided Inquiry Discovery Lab. Lesson
Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
2.      Modified Inquiry Discovery
Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
3.      Free Inquiry
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.
4.      Invitation Into Inquiry
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterpretasi datadan membuat grafik
5.      Inquiry Role Approach
Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, penasihat teknis, pencatat data dan evaluator proses
6.      Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu.
7.      Synectics Lesson
Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
            Bahwa strategi pembelajaran inquiry/discovery berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.
4.2       Saran
            Penyusun berharap semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semoga makalah ini juga bisa dijadikan acuan khususnya, bagi pembaca yang ingin mencoba metode pembelajaran ini. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan, karena itu tidak lain adalah kekeliruan penyusun. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan penyusunan makalah berikutnya.
           
DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, A. 2013. Dasar-dasar Pedagogi Modern : Metode Inquiry. Jakarta : PT. Indek.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Tersedia [onilne] pada :
Tersedia [online] pada :
Tersedia [online] pada :
Tersedia [online] pada :
Tersedia [online] pada :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar